Jumat, 20 Juli 2018

KEHIDUPAN DALAM GEREJA MULA-MULA


PELAJARAN SEKOLAH SABAT
KWARTAL 3 TAHUN 2018
BUKU KISAH PARA RASUL

PELAJARAN 3
KEHIDUPAN DALAM GEREJA MULA-MULA


Ayat Hafalan:
“Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang.”
Kisah 2:46, 47

PENDAHULUAN
1.    Gereja mula-mula bertanya-tanya tentang kapan waktu kedatangan Yesus (Kis. 1:6-8).
2.    Mereka tahu peristiwa itu berhubungan dengan kedatangan Roh Kudus dan diselesaikannya misi sehingga ketika pada hari Pentakosta semua itu terjadi, mereka menyangka telah sampai pada akhir.
3.    Gereja mula-mula menyangka bahwa waktunya sudah singkat, sehingga mereka menjual harta milik mereka dan mengabdikan diri dalam belajar dan bersekutu sambil terus bersaksi tentang Yesus, tapi hanya di Yerusalem.
4.    Gereja mula-mula segera menghadapi masalah dalam melayani orang miskin dan dalam menghadapi penolakan. Tapi ditengah semua masalah itu, iman mereka tak tergoyahkan karena Allah selalu menolong mereka.

KEHIDUPAN DALAM GEREJA MULA-MULA (KISAH 2:42 – 5:39)

      I.          MENGAJAR DAN PERSEKUTUAN
A.   Kisah 2:42 “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” 
B.   Dua kata dalam kehidupan gereja mula-mula: Mengajar dan Persekutuan
1.    Mengajar
a.    Menurut Kisah 2:46, mengajar diadakan di bait Allah, sedangkan persekutuan diadakan dirumah-rumah pribadi.
b.    Bait Suci memiliki ruangan-ruangan yang sering digunakan para Rabi untuk mengajar.
c.    Orang-orang percaya bertekun pada ajaran rasul-rasul, menunjukan bahwa karunia Roh tidak membawa mereka kepada suatu agama perenungan, tapi kepada suatu proses pembelajaran yang tekun dibawah para rasul, yang otoritas mengajarnya ditegukan dengan mukjizat dan tanda-tanda (Kis. 2:43).
2.    Persekutuan
a.    Persekutuan umat-umat percaya bukan hanya di bait Allah (Kis. 3:1; Yak. 2:2), tapi juga di rumah-rumah mereka, dimana mereka berbagi makanan, merayakan perjamuan Tuhan, dan berdoa (Kis. 2:42, 46)
b.    Mengadakan ibadah setiap hari, orang Kristen mula-mula menyatakan harapan mereka pada kembalinya Yesus yang segera, ketika persekutuan-Nya dengan mereka akan dipulihkan dalam kerajaan Mesias (Mat. 26:29).
c.    Kisah 2:44, 45; 4:34, 35 menyatakan bahwa orang-orang percaya menjual “milik pribadi” mereka untuk biaya hidup bersama. Mereka tidak mencemaskan tentang hari esok karena Mesias akan menyediakan kebutuhan mereka dalam kerajaan-Nya (Luk. 29, 30). Sifat berbagi ini memberikan mereka kesadaran persekutuan yang lebih dalam dan menjadi teladan kedermawanan Kristen yang luar biasa.

    II.          PENYEMBUHAN SEORANG LUMPUH
A.   Kisah 3:6, 7 “Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu.”
B.   Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang lumpuh di gerbang bait Allah pada saat mereka pergi untuk beribadah di bait Allah.
C.   Beribadah di bait Allah menunjukkan iman keyahudian dari kedua murid itu. Mereka adalah orang Yahudi dan masih terikat dengan tradisi-tradisi orang Yahudi (Kis. 20:16; 21:17-26).
D.   Mukjizat penyembuhan kepada orang lumpuh itu memberikan kesempatan kepada Petrus untuk berkhotbah. Dalam khotbahnya, Petrus menyatakan 5 poin utama:
1.    Yesus adalah Mesias yang menderita (Kis. 3:18)
2.    Allah membangkitkan Dia (Kis. 3:15)
3.    Yesus dimuliakan di Surga (Kis. 3:13)
4.    Ia akan datang kembali (Kis. 3:20)
5.    Pertobatan itu penting untuk pengampunan dosa (Kis. 3:19)
E.    Sebagaimana para rasul “berpindah” dari tradisi lama kepada yang baru, Yesus Kristus, maka orang Kristen sekarang ini harus melakukan hal yang sama.
F.    “Dari semua orang yang mengaku Kristen, Masehi Advent hari ketujuh haruslah yang nomor satu dalam meninggikan Kristus dihadapan dunia. Pemberitaan pekabaran malaikat ketiga memerlukan penyajian tentang kebenaran Sabat. Kebenaran ini, dengan lain-lain yang termasuk dalam pekabaran, harus diberitakan; tetapi pusat perhatian yang besar, Yesus Kristus, tidak boleh ditinggalkan. Di Salib Kristus terdapat rahmat dan kebenaran bertemu bersama-sama, dan kebenaran serta damai sejahtera bercium-ciuman. Orang berdosa harus dituntun untuk memandang ke Golgota; dengan iman sederhana seorang anak kecil ia harus percaya pada jasa-jasa Juruselamat, menerima kebenaran-Nya, percaya akan rahmat-Nya.” Ellen G. White, Pelayan Injil, hlm. 138.

  III.          MUNCULNYA OPOSISI
A.   Kisah 4:1, 2 “Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. 
B.   Gereja menghadapi oposisi, dari:
1.    Sebagian pimpinan Yerusalem; Imam Besar dan para pembantunya, yang hampir semuanya Saduki menguasai Bait Suci.
2.    Dewan Sanhedrin, dimana Imam besar merangkap sebagai presiden, yang di zaman itu terdiri dari kebanyakan orang Saduki dan Farisi.
C.   Oleh karena orang Saduki tidak percaya pada kebangkitan orang mati, mereka sangat terganggu dengan Petrus dan Yohanes yang mengajarkan bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Mereka ditangkap dan dipenjarakan sampai hari berikutnya, ketika dibawa ke hadapan mahkamah (Kisah 4:1-7).
D.   Sikap para pemimpin Yahudi dalam mengahadapi Petrus dan Yohanes:
1.    Mempertanyakan kuasa mukjizat penyembuhan yang dilakukan oleh Petrus dan Yohanes – Petrus menjawab bahwa mukjizat itu bukan hanya dibuat dalam nama Yesus tapi juga keselamatan datang hanya dari pada-Nya.
2.    Sangat heran dengan keberanian dan kefasihan mereka dihadapan lembaga tertinggi Yahudi -- Mereka kenal Petrus dan Yohanes sebagai orang sederhana, nelayan Galilea yang tidak berpendidikan.
3.    Tak bisa menyangkal akan mukjizat – karena orang lumpuh yang disembuhkan ada disitu dan semua orang dapat melihat dia.
4.    Takut ajaran Kristen semakin populer – mereka memerintahkan para rasul supaya berhenti berkhotbah.
E.    Para rasul dapat melakukan semua itu oleh karena telah dipenuhi dengan Roh Kudus, tepat seperti yang dikatakan Yesus sebelumnya (Matius 10:16-20).
F.    Petrus menutup khotbahnya dengan kata-kata mutiara ini:
“Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar dihadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar” (Kis. 4:19, 20. NKJV)

 IV.          ANANIAS DAN SAFIRA
A.   Kisah 5:1, 2  Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. 
B.   Orang-orang percaya menjual harta mereka untuk pembiayaan misi. Praktik itu tidak dipaksa dan bukan syarat resmi keanggotaan.
C.   Barnabas secara sukarela menjual tanahnya dan memberikan uangnya kepada para rasul – sebuah contoh yang memberi inspirasi kepada jemaat yang lain. (Kis. 4:36,  37).
D.   Ananias dan Safira berjanji untuk memberikan hasil penjualan tanahnya kepada Petrus, tetapi mereka tidak menepatinya – akibatnya sangat fatal (Kis. 5:1-11)
E.    Dosa Ananias dan Safira:
1.    Menipu – Dosa mereka bukanlah akibat dari tindakan tiba-tiba, tetapi sudah direncanakan dengan hati-hati, suatu upaya sengaja untuk “mencobai Roh Tuhan” (Kis. 5:9).
2.    Kesombongan – mereka telah berjanji, mungkin untuk mendapatkan pengaruh  diantara saudara-saudara dengan apa yang nampaknya suatu tindakan amal yang terpuji.
3.    Meremehkan kesetiaan kepada Allah – mereka percaya bahwa Yesus akan segera datang tetapi mereka tidak setia akan janji yang telah mereka ucapkan.
F.    Apa yang dialami oleh Ananias dan Safira menunjukan bahwa Allah memandang serius akan dosa (Yeh. 18:20; Rm. 6:23)
G.   Tulisan Ellen G. White:
“Umat perlu diberi kesan terhadap kesakralan sumpah dan janji mereka pada pekerjaan Allah. Janji semacam itu pada umumnya tidak dipegang seperti suatu surat utang dari manusia kepada manusia. Tetapi adakah suatu janji menjadi kurang sakral dan kurang mengikat karena dibuat kepada Allah? Karena kurang secara teknis, dan tak dapat dipaksakan oleh hukum, akankah orang Kristen mengabaikan kewajiban yang telah ia janjikan? Tidak ada surat utang legal atau obligasi yang lebih mengikat daripada suatu janji yang dibuat bagi pekerjaan Allah.” Ellen G. White comments, The SDA Bible Commentary, Jld. 6, hlm. 1056.

   V.          PENAHANAN KEDUA
A.   Kisah 5:17-18  “Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati. Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota.”
B.   Pelayanan kesembuhan para rasul yang penuh kuasa (Kis. 5:12-16) adalah bukti nyata bahwa Roh Allah sedang bekerja melalui mereka. Hal itu membangkitkan kecemburuan para pemimpin agama sehingga mereka menahan para rasul untuk kedua kalinya.
C.   Para pemimpin mulai mempertimbangkan kemungkinan ada kuasa adikodrati, ketika:
1.    Para rasul dilepaskan secara mukjizat (Kis. 5:19-24),
2.    Pidato Pertus yang berani, bahwa mereka harus "taat kepada Allah lebih daripada kepada manusia" (Kis. 5:29).
3.    Nasihat Gamaliel – “Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." (Kis. 5:38, 39). 
D.   Siapakah Gamaliel? (Kis. 5:34; 22:3).
1.    Gamaliel adalah Farisi dan seorang doktor hukum
2.    Ia sangat dihormati di kalangan Yahudi sehingga ia dikenal sebagai "Rabban" ("guru kita"), dan bukan hanya sekadar "Rabi" ("guruku").
3.    Paulus adalah salah seorang muridnya.
E.    Nasihat Gamaliel diterima. Para rasul itu dicambuk dan sekali lagi diperintahkan supaya tidak berbicara dalam nama Yesus.

KESIMPULAN
1.      Sebagaimana para rasul dan orang Kristen mula-mula, kita harus setia membawa misi injil walaupun menghadapi banyak tantangan, baik yang datang dari luar ataupun dari dalam.
2.      “Kita adalah para penatalayan, dipercayakan oleh Tuhan kita yang lagi pergi, agar kita menata isi rumah-Nya dan kepentingan-kepentingan-Nya di dunia ini. Ia telah kembali ke surga, meninggalkan pada kita tanggung jawab, dan Ia mengharapkan supaya kita berjaga dan menanti kedatangan-Nya. Hendaklah kita setia pada tugas kita, jangan sampai kedatangan-Nya yang tiba-tiba itu, Ia mendapati kita tertidur.” Ellen G. White, Testimonies for the Church, Jld. 8, hlm. 37.

3 komentar: