PELAJARAN SEKOLAH SABAT
KWARTAL 3 TAHUN 2018
BUKU KISAH PARA RASUL
PELAJARAN 5
PERTOBATAN PAULUS
Ayat Hafalan:
”Pergilah, sebab orang ini
adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain
serta raja-raja dan orang-orang Israel.”
Kisah 9:15
PENDAHULUAN
1.
Yesaya 1:18 “Marilah,
baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti
kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti
kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.”
2.
Seringkali kita tidak
percaya akan perkataan Tuhan diatas – kita ragu – apakah orang yang telah
melakukan kejahatan besar dapat dibenarkan dan digunakan dalam pekerjaan Allah.
3.
Pelajaran Sekolah Sabat
pekan ini memberikan satu contoh – orang seperti itu: PAULUS.
PELAJARAN PEKAN
INI MENYELIDIKI 3 BAGIAN KEHIDUPAN SAULUS - SANG PENGANIAYA KRISTEN YANG BERTOBAT:
I.
SAULUS SANG PENGANIAYA (Kisah 7:58; 8:1,3; 26:9-11)
A.
Siapakah Saulus:
1.
Ia dalah seorang Yahudi
Helenis - Tempat kelahirannya adalah Tarsus, ibu kota Kilikia (Kis. 21:39).
2.
Ia dibawa ke Yerusalem, di
mana ia belajar di bawah Gamaliel (Kis. 22:3), guru Farisi yang paling
berpengaruh di zaman itu.
3.
Ia adalah seorang Farisi dan
sangat fanatik (Gal. 1:14).
B.
Saulus pada bagian
awal kitab Kisah
Para Rasul dinyatakan sebagai penganiaya orang-orang Kristen mula-mula.
1.
Kis. 7:58 - Saulus berdiri menjaga pakaian orang-orang yang menyeret
Stefanus kepada kematian.
2.
Kisah 8:1 - Saulus memberikan izin bagi kematian Stefanus - sebuah tindakan yang
menuntun pada pemilihannya sebagai "anggota dewan Sanhedrin—Ellen G.
White, The Acts of the Apostles, hal. 102.
3.
Kisah 8:3 - Saulus melakukan gerakan jahat di Yerusalem: ia berusaha "membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret
laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke
dalam penjara."
4.
Kisah 9:1 - Saulus tidak puas menganiaya orang Kristen di Yerusalem, Dia kemudian
pergi ke kota-kota lain; dengan meterai dari imam besar.
C.
Paulus bahkan mengabaikan
nasihat gurunya, Gamaliel, untuk membiarkan orang Kristen: "kalau berasal dari
Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini" (Kis. 5:39) – kenapa? – AMBISI.
D.
Ellen G. White mengomentari: "“Tetapi pada akhirnya pendidikan dan
prasangkanya, kehormatannya untuk guru-gurunya yang dulu, dan kesombongannya
akan kepopuleran menguatkan dia untuk memberontak terhadap suara angan-angan
hati dan anugerah Allah. Dan setelah memutuskan dengan sepenuhnya bahwa
imam-imam dan katib-katib benar, Saulus menjadi sengit dalam pertentanannya
terhadap doktrin yang diajarkan oleh murid-murid Yesus.” Ellen G. White, Alfa dan Omega, 7:96.
E.
Aplikasi:
1.
Hati-hati dengan ambisi pribadi
2.
Hati-hati dengan sifat Fanatisme
– menganggap diri lebih suci dari orang lain.
II.
SAULUS SANG PETOBAT ( Kisah 9:1-19, 22:1-10,
26:12-18)
A. Kis. 9:3-6 “Dalam
perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya
memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah
olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah
engkau menganiaya Aku?" Jawab Saulus: "Siapakah Engkau,
Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi
bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang
harus kauperbuat."
B. Saulus menyerah kepada
Yesus, dan mengajukan pertanyaan yang paling penting dalam hidup, "'Tuhan,
apa yang Engkau ingin aku perbuat?'" (Kis. 9:6). – sebuah tanda pertobatan.
C.
Pertobatan Paulus terjadi
ketika ia bertemu dengan Yesus -- "bukan karena manusia, juga bukan oleh
seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa" (Gal. 1:1).
D.
Tulisan Ellen G. White: "Ketika Kristus
menyatakan diri-Nya kepada Paulus, dan dia yakin bahwa dia menganiaya Yesus di
dalam pribadi orang-orang kudus-Nya, dia menerima kebenaran sebagaimana adanya
di dalam Yesus. Kuasa yang mengubah terjadi dalam pikiran dan karakter, dan dia
menjadi manusia baru di dalam Kristus Yesus. Dia benar-benar menerima kebenaran
sehingga bumi dan neraka tidak bisa mengguncang imannya. - Ellen G. White, Selected Messages, 1:346.
E.
Aplikasi:
1.
Pertobatan sejati akan terjadi ketika kita menyadari siapa Yesus itu
– Juruselamat dunia.
2.
Di dalam Yesus kita selalu
memiliki kesempatan – (Nikodemus orang Farisi, Yairus, pemimpin sinagog, janda di Nain, wanita
tanpa nama di sumur Samaria, si perwira dengan seorang hamba yang sakit,
Lazarus dan saudara-saudara perempuannya, Simon si kusta , Hanas dan Kayafas,
Herodes dan Pilatus, dan kepada kehidupan Saulus)
3.
Di dalam setiap masa Allah
memiliki umat pilihan untuk melaksanakan misi-Nya (Abraham keluar dari Ur, Musa
di padang gurun, Daniel di Babel, Ester di Media-Persia, Yohanes Pembaptis di
padang gurun, Petrus dari perdagangan ikan di Galilea. Dan Saulus dari Tarsus)
III.
SAULUS SANG RASUL (Kisah 9:26-30, 26:12-19)
A.
Setelah pertemuannya dengan
Yesus, Paulus menunjukkan tanda-tanda pertobatan (Kisah 9 dan Galatia 1:15-24):
1.
Kis. 9:17 – berlaku ramah
dan menerima Ananias – orang Kristen
2.
Gal. 1:17 - berkhotbah tentang Yesus di
Damaskus dengan berani - Pergi ke Arab (untuk berdoa dan perenungan dan bagi
inpirasi Ilahi tentang cara terbaik untuk melayani Tuhannya) - Kembali
ke Damaskus dan melayani di sana selama tiga tahun.
3.
Kis. 9:26- kembali ke Yerusalem untuk bergabung dengan
murid-murid.
4.
Kis. 9:27 -berkhotbah dengan berani di
Yerusalem, namun orang-orang Helenis mencoba membununhya - Melarikan
diri ke tempat asalnya, Tarsus.
5.
Kis. 11:25, 26- Di rekrut Barnabas untuk membantunya dalam pelayanan di Antiokhia - Mengadakan perjalanan misionaris yang
pertama bersama Barnabas.
B.
Aplikasi:
1.
Seperti Saulus, seorang yang
bertobat, haruslah memiliki tanda-tanda pertobatan.
2.
Seperti Saulus, seorang yang
bertobat akan menunjukkan ketaatannya kepada firman Allah "kepada penglihatan yang dari sorga itu
tidak pernah aku tidak taat.'" (Kis. 26:19).
KESIMPULAN
1.
Seperti Paulus, kita adalah
pendosa yang dibenarkan dalam Yesus.
2.
Seperti Paulus, kita
memiliki kesempatan untuk melayani Allah
3.
"Seorang Jenderal yang
terbunuh dalam medan tempur merupakan kerugian bagi pasukannya, tetapi
kematiannya tidak memberikan kekuatan kepada musuh.Tetapi bila seorang tokoh
penting bergabung dengan kekuatan musuh, bukan saja pelayanannya yang hilang,
tetapi mereka, kepada siapa ia menggabungkan dirinya, mendapat keuntungan yang
menentukan. Saulus dari Tarsus, dalam perjalanannya ke Damaskus, dapat dengan
mudah dipukul mati oleh Tuhan dan banyak kekuatan dapat diambil dari kuasa
penganiaya itu. Tetapi Tuhan dalam rencana-Nya bukan saja menyelamatkan
kehidupan Saulus, namun menjadikan dia petobat, dengan demikian memindahkan
seorang pejuang dari pihak musuh kepada pihak Kristus." —Ellen G. White,
The Acts of the Apostles, p. 124.
Thanks bpk brussi soriton sangat bermanfaat dan menolong... Met sabat GBU
BalasHapussama-sama saudara
HapusTrimakasih banyak Pdt. Slamat sabat. Tuhan memberkati
BalasHapussama-sama brother
Hapus