PELAJARAN SEKOLAH SABAT
KWARTAL 3 TAHUN 2018
BUKU KISAH PARA RASUL
PELAJARAN 3
KEHIDUPAN
DALAM GEREJA MULA-MULA
Ayat Hafalan:
“Dengan bertekun dan dengan sehati mereka
berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah
masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan
tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang.”
Kisah 2:46, 47
PENDAHULUAN
1.
Gereja mula-mula bertanya-tanya
tentang kapan waktu kedatangan Yesus (Kis. 1:6-8).
2.
Mereka tahu peristiwa itu
berhubungan dengan kedatangan Roh Kudus dan diselesaikannya misi sehingga
ketika pada hari Pentakosta semua itu terjadi, mereka menyangka telah sampai
pada akhir.
3.
Gereja mula-mula menyangka
bahwa waktunya sudah singkat, sehingga mereka menjual harta milik mereka dan
mengabdikan diri dalam belajar dan bersekutu sambil terus bersaksi tentang
Yesus, tapi hanya di Yerusalem.
4.
Gereja mula-mula segera
menghadapi masalah dalam melayani orang miskin dan dalam menghadapi penolakan.
Tapi ditengah semua masalah itu, iman mereka tak tergoyahkan karena Allah
selalu menolong mereka.
KEHIDUPAN
DALAM GEREJA MULA-MULA (KISAH 2:42 – 5:39)
I.
MENGAJAR DAN PERSEKUTUAN
A. Kisah 2:42 “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam
persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”
B.
Dua kata dalam kehidupan
gereja mula-mula: Mengajar dan Persekutuan
1.
Mengajar
a.
Menurut Kisah 2:46, mengajar
diadakan di bait Allah, sedangkan persekutuan diadakan dirumah-rumah pribadi.
b.
Bait Suci memiliki
ruangan-ruangan yang sering digunakan para Rabi untuk mengajar.
c.
Orang-orang percaya bertekun
pada ajaran rasul-rasul, menunjukan bahwa karunia Roh tidak membawa mereka
kepada suatu agama perenungan, tapi kepada suatu proses pembelajaran yang tekun
dibawah para rasul, yang otoritas mengajarnya ditegukan dengan mukjizat dan
tanda-tanda (Kis. 2:43).
2.
Persekutuan
a.
Persekutuan umat-umat
percaya bukan hanya di bait Allah (Kis. 3:1; Yak. 2:2), tapi juga di rumah-rumah
mereka, dimana mereka berbagi makanan, merayakan perjamuan Tuhan, dan berdoa
(Kis. 2:42, 46)
b.
Mengadakan ibadah setiap
hari, orang Kristen mula-mula menyatakan harapan mereka pada kembalinya Yesus
yang segera, ketika persekutuan-Nya dengan mereka akan dipulihkan dalam
kerajaan Mesias (Mat. 26:29).
c.
Kisah 2:44, 45; 4:34, 35 menyatakan bahwa
orang-orang percaya menjual “milik pribadi” mereka untuk biaya hidup bersama.
Mereka tidak mencemaskan tentang hari esok karena Mesias akan menyediakan
kebutuhan mereka dalam kerajaan-Nya (Luk. 29, 30). Sifat berbagi ini memberikan
mereka kesadaran persekutuan yang lebih dalam dan menjadi teladan kedermawanan
Kristen yang luar biasa.
II.
PENYEMBUHAN SEORANG LUMPUH
A. Kisah 3:6, 7 “Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada
padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus,
orang Nazaret itu, berjalanlah!" Lalu ia memegang tangan kanan orang
itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki
orang itu.”
B.
Petrus dan Yohanes menyembuhkan
seorang lumpuh di gerbang bait Allah pada saat mereka pergi untuk beribadah di
bait Allah.
C.
Beribadah di bait Allah menunjukkan
iman keyahudian dari kedua murid itu. Mereka adalah orang Yahudi dan masih
terikat dengan tradisi-tradisi orang Yahudi (Kis. 20:16; 21:17-26).
D.
Mukjizat penyembuhan kepada
orang lumpuh itu memberikan kesempatan kepada Petrus untuk berkhotbah. Dalam
khotbahnya, Petrus menyatakan 5 poin utama:
1.
Yesus adalah Mesias yang
menderita (Kis. 3:18)
2.
Allah membangkitkan Dia
(Kis. 3:15)
3.
Yesus dimuliakan di Surga
(Kis. 3:13)
4.
Ia akan datang kembali (Kis.
3:20)
5.
Pertobatan itu penting untuk
pengampunan dosa (Kis. 3:19)
E.
Sebagaimana para rasul
“berpindah” dari tradisi lama kepada yang baru, Yesus Kristus, maka orang
Kristen sekarang ini harus melakukan hal yang sama.
F.
“Dari semua orang yang
mengaku Kristen, Masehi Advent hari ketujuh haruslah yang nomor satu dalam
meninggikan Kristus dihadapan dunia. Pemberitaan pekabaran malaikat ketiga memerlukan
penyajian tentang kebenaran Sabat. Kebenaran ini, dengan lain-lain yang
termasuk dalam pekabaran, harus diberitakan; tetapi pusat perhatian yang besar,
Yesus Kristus, tidak boleh ditinggalkan. Di Salib Kristus terdapat rahmat dan
kebenaran bertemu bersama-sama, dan kebenaran serta damai sejahtera
bercium-ciuman. Orang berdosa harus dituntun untuk memandang ke Golgota; dengan
iman sederhana seorang anak kecil ia harus percaya pada jasa-jasa Juruselamat,
menerima kebenaran-Nya, percaya akan rahmat-Nya.” Ellen G. White, Pelayan
Injil, hlm. 138.
III.
MUNCULNYA OPOSISI
A.
Kisah 4:1, 2 “Ketika Petrus dan
Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi
imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang
Saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak
dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang
mati.
B.
Gereja menghadapi oposisi, dari:
1.
Sebagian pimpinan Yerusalem; Imam Besar dan
para pembantunya, yang hampir semuanya Saduki menguasai Bait Suci.
2.
Dewan Sanhedrin, dimana Imam
besar merangkap sebagai presiden, yang di zaman itu terdiri dari kebanyakan
orang Saduki dan Farisi.
C.
Oleh karena orang Saduki
tidak percaya pada kebangkitan orang mati, mereka sangat terganggu dengan Petrus
dan Yohanes yang mengajarkan bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Mereka
ditangkap dan dipenjarakan sampai hari berikutnya, ketika dibawa ke hadapan
mahkamah (Kisah 4:1-7).
D.
Sikap para pemimpin Yahudi dalam
mengahadapi Petrus dan Yohanes:
1.
Mempertanyakan kuasa
mukjizat penyembuhan yang dilakukan oleh Petrus dan Yohanes – Petrus menjawab
bahwa mukjizat itu bukan hanya dibuat dalam nama Yesus tapi juga keselamatan
datang hanya dari pada-Nya.
2.
Sangat heran dengan
keberanian dan kefasihan mereka dihadapan lembaga tertinggi Yahudi -- Mereka kenal
Petrus dan Yohanes sebagai orang sederhana, nelayan Galilea yang tidak
berpendidikan.
3.
Tak bisa menyangkal akan
mukjizat – karena orang lumpuh yang disembuhkan ada disitu dan semua orang
dapat melihat dia.
4.
Takut ajaran Kristen semakin
populer – mereka memerintahkan para rasul supaya berhenti berkhotbah.
E.
Para rasul dapat melakukan
semua itu oleh karena telah dipenuhi dengan Roh Kudus, tepat seperti yang
dikatakan Yesus sebelumnya (Matius 10:16-20).
F.
Petrus menutup khotbahnya
dengan kata-kata mutiara ini:
“Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar dihadapan Allah: taat
kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak
berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar” (Kis. 4:19, 20. NKJV)
IV.
ANANIAS DAN SAFIRA
A. Kisah 5:1, 2 Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya
Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian
dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan
kaki rasul-rasul.
B.
Orang-orang percaya menjual
harta mereka untuk pembiayaan misi. Praktik itu tidak dipaksa dan bukan syarat
resmi keanggotaan.
C.
Barnabas secara sukarela
menjual tanahnya dan memberikan uangnya kepada para rasul – sebuah contoh yang
memberi inspirasi kepada jemaat yang lain. (Kis. 4:36, 37).
D.
Ananias dan Safira berjanji
untuk memberikan hasil penjualan tanahnya kepada Petrus, tetapi mereka tidak menepatinya
– akibatnya sangat fatal (Kis. 5:1-11)
E.
Dosa Ananias dan Safira:
1.
Menipu – Dosa mereka
bukanlah akibat dari tindakan tiba-tiba, tetapi sudah direncanakan dengan
hati-hati, suatu upaya sengaja untuk “mencobai Roh Tuhan” (Kis. 5:9).
2.
Kesombongan – mereka telah
berjanji, mungkin untuk mendapatkan pengaruh
diantara saudara-saudara dengan apa yang nampaknya suatu tindakan amal
yang terpuji.
3.
Meremehkan kesetiaan kepada
Allah – mereka percaya bahwa Yesus akan segera datang tetapi mereka tidak setia
akan janji yang telah mereka ucapkan.
F.
Apa yang dialami oleh
Ananias dan Safira menunjukan bahwa Allah memandang serius akan dosa (Yeh.
18:20; Rm. 6:23)
G.
Tulisan Ellen G. White:
“Umat perlu diberi kesan terhadap kesakralan
sumpah dan janji mereka pada pekerjaan Allah. Janji semacam itu pada umumnya
tidak dipegang seperti suatu surat utang dari manusia kepada manusia. Tetapi
adakah suatu janji menjadi kurang sakral dan kurang mengikat karena dibuat
kepada Allah? Karena kurang secara teknis, dan tak dapat dipaksakan oleh hukum,
akankah orang Kristen mengabaikan kewajiban yang telah ia janjikan? Tidak ada
surat utang legal atau obligasi yang lebih mengikat daripada suatu janji yang dibuat
bagi pekerjaan Allah.” Ellen G. White comments, The SDA Bible Commentary, Jld. 6, hlm. 1056.
V.
PENAHANAN KEDUA
A. Kisah 5:17-18 “Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu
orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri
hati. Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam
penjara kota.”
B.
Pelayanan kesembuhan para
rasul yang penuh kuasa (Kis. 5:12-16) adalah bukti nyata bahwa Roh Allah sedang
bekerja melalui mereka. Hal itu membangkitkan kecemburuan para pemimpin agama sehingga
mereka menahan para rasul untuk kedua kalinya.
C.
Para pemimpin mulai
mempertimbangkan kemungkinan ada kuasa adikodrati, ketika:
1.
Para rasul dilepaskan secara
mukjizat (Kis. 5:19-24),
2.
Pidato Pertus yang berani,
bahwa mereka harus "taat kepada Allah lebih daripada kepada manusia"
(Kis. 5:29).
3.
Nasihat Gamaliel – “Janganlah
bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan
perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau
berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin
ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." (Kis. 5:38, 39).
D.
Siapakah Gamaliel? (Kis.
5:34; 22:3).
1.
Gamaliel adalah Farisi dan
seorang doktor hukum
2.
Ia sangat dihormati di
kalangan Yahudi sehingga ia dikenal sebagai "Rabban" ("guru
kita"), dan bukan hanya sekadar "Rabi" ("guruku").
3.
Paulus adalah salah seorang
muridnya.
E.
Nasihat Gamaliel diterima.
Para rasul itu dicambuk dan sekali lagi diperintahkan supaya tidak berbicara
dalam nama Yesus.
KESIMPULAN
1.
Sebagaimana para rasul dan
orang Kristen mula-mula, kita harus setia membawa misi injil walaupun
menghadapi banyak tantangan, baik yang datang dari luar ataupun dari dalam.
2.
“Kita adalah para
penatalayan, dipercayakan oleh Tuhan kita yang lagi pergi, agar kita menata isi
rumah-Nya dan kepentingan-kepentingan-Nya di dunia ini. Ia telah kembali ke
surga, meninggalkan pada kita tanggung jawab, dan Ia mengharapkan supaya kita
berjaga dan menanti kedatangan-Nya. Hendaklah kita setia pada tugas kita,
jangan sampai kedatangan-Nya yang tiba-tiba itu, Ia mendapati kita tertidur.”
Ellen G. White, Testimonies for the
Church, Jld. 8, hlm. 37.