Jumat, 20 Juli 2018

KEHIDUPAN DALAM GEREJA MULA-MULA


PELAJARAN SEKOLAH SABAT
KWARTAL 3 TAHUN 2018
BUKU KISAH PARA RASUL

PELAJARAN 3
KEHIDUPAN DALAM GEREJA MULA-MULA


Ayat Hafalan:
“Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang.”
Kisah 2:46, 47

PENDAHULUAN
1.    Gereja mula-mula bertanya-tanya tentang kapan waktu kedatangan Yesus (Kis. 1:6-8).
2.    Mereka tahu peristiwa itu berhubungan dengan kedatangan Roh Kudus dan diselesaikannya misi sehingga ketika pada hari Pentakosta semua itu terjadi, mereka menyangka telah sampai pada akhir.
3.    Gereja mula-mula menyangka bahwa waktunya sudah singkat, sehingga mereka menjual harta milik mereka dan mengabdikan diri dalam belajar dan bersekutu sambil terus bersaksi tentang Yesus, tapi hanya di Yerusalem.
4.    Gereja mula-mula segera menghadapi masalah dalam melayani orang miskin dan dalam menghadapi penolakan. Tapi ditengah semua masalah itu, iman mereka tak tergoyahkan karena Allah selalu menolong mereka.

KEHIDUPAN DALAM GEREJA MULA-MULA (KISAH 2:42 – 5:39)

      I.          MENGAJAR DAN PERSEKUTUAN
A.   Kisah 2:42 “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” 
B.   Dua kata dalam kehidupan gereja mula-mula: Mengajar dan Persekutuan
1.    Mengajar
a.    Menurut Kisah 2:46, mengajar diadakan di bait Allah, sedangkan persekutuan diadakan dirumah-rumah pribadi.
b.    Bait Suci memiliki ruangan-ruangan yang sering digunakan para Rabi untuk mengajar.
c.    Orang-orang percaya bertekun pada ajaran rasul-rasul, menunjukan bahwa karunia Roh tidak membawa mereka kepada suatu agama perenungan, tapi kepada suatu proses pembelajaran yang tekun dibawah para rasul, yang otoritas mengajarnya ditegukan dengan mukjizat dan tanda-tanda (Kis. 2:43).
2.    Persekutuan
a.    Persekutuan umat-umat percaya bukan hanya di bait Allah (Kis. 3:1; Yak. 2:2), tapi juga di rumah-rumah mereka, dimana mereka berbagi makanan, merayakan perjamuan Tuhan, dan berdoa (Kis. 2:42, 46)
b.    Mengadakan ibadah setiap hari, orang Kristen mula-mula menyatakan harapan mereka pada kembalinya Yesus yang segera, ketika persekutuan-Nya dengan mereka akan dipulihkan dalam kerajaan Mesias (Mat. 26:29).
c.    Kisah 2:44, 45; 4:34, 35 menyatakan bahwa orang-orang percaya menjual “milik pribadi” mereka untuk biaya hidup bersama. Mereka tidak mencemaskan tentang hari esok karena Mesias akan menyediakan kebutuhan mereka dalam kerajaan-Nya (Luk. 29, 30). Sifat berbagi ini memberikan mereka kesadaran persekutuan yang lebih dalam dan menjadi teladan kedermawanan Kristen yang luar biasa.

    II.          PENYEMBUHAN SEORANG LUMPUH
A.   Kisah 3:6, 7 “Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu.”
B.   Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang lumpuh di gerbang bait Allah pada saat mereka pergi untuk beribadah di bait Allah.
C.   Beribadah di bait Allah menunjukkan iman keyahudian dari kedua murid itu. Mereka adalah orang Yahudi dan masih terikat dengan tradisi-tradisi orang Yahudi (Kis. 20:16; 21:17-26).
D.   Mukjizat penyembuhan kepada orang lumpuh itu memberikan kesempatan kepada Petrus untuk berkhotbah. Dalam khotbahnya, Petrus menyatakan 5 poin utama:
1.    Yesus adalah Mesias yang menderita (Kis. 3:18)
2.    Allah membangkitkan Dia (Kis. 3:15)
3.    Yesus dimuliakan di Surga (Kis. 3:13)
4.    Ia akan datang kembali (Kis. 3:20)
5.    Pertobatan itu penting untuk pengampunan dosa (Kis. 3:19)
E.    Sebagaimana para rasul “berpindah” dari tradisi lama kepada yang baru, Yesus Kristus, maka orang Kristen sekarang ini harus melakukan hal yang sama.
F.    “Dari semua orang yang mengaku Kristen, Masehi Advent hari ketujuh haruslah yang nomor satu dalam meninggikan Kristus dihadapan dunia. Pemberitaan pekabaran malaikat ketiga memerlukan penyajian tentang kebenaran Sabat. Kebenaran ini, dengan lain-lain yang termasuk dalam pekabaran, harus diberitakan; tetapi pusat perhatian yang besar, Yesus Kristus, tidak boleh ditinggalkan. Di Salib Kristus terdapat rahmat dan kebenaran bertemu bersama-sama, dan kebenaran serta damai sejahtera bercium-ciuman. Orang berdosa harus dituntun untuk memandang ke Golgota; dengan iman sederhana seorang anak kecil ia harus percaya pada jasa-jasa Juruselamat, menerima kebenaran-Nya, percaya akan rahmat-Nya.” Ellen G. White, Pelayan Injil, hlm. 138.

  III.          MUNCULNYA OPOSISI
A.   Kisah 4:1, 2 “Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. 
B.   Gereja menghadapi oposisi, dari:
1.    Sebagian pimpinan Yerusalem; Imam Besar dan para pembantunya, yang hampir semuanya Saduki menguasai Bait Suci.
2.    Dewan Sanhedrin, dimana Imam besar merangkap sebagai presiden, yang di zaman itu terdiri dari kebanyakan orang Saduki dan Farisi.
C.   Oleh karena orang Saduki tidak percaya pada kebangkitan orang mati, mereka sangat terganggu dengan Petrus dan Yohanes yang mengajarkan bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Mereka ditangkap dan dipenjarakan sampai hari berikutnya, ketika dibawa ke hadapan mahkamah (Kisah 4:1-7).
D.   Sikap para pemimpin Yahudi dalam mengahadapi Petrus dan Yohanes:
1.    Mempertanyakan kuasa mukjizat penyembuhan yang dilakukan oleh Petrus dan Yohanes – Petrus menjawab bahwa mukjizat itu bukan hanya dibuat dalam nama Yesus tapi juga keselamatan datang hanya dari pada-Nya.
2.    Sangat heran dengan keberanian dan kefasihan mereka dihadapan lembaga tertinggi Yahudi -- Mereka kenal Petrus dan Yohanes sebagai orang sederhana, nelayan Galilea yang tidak berpendidikan.
3.    Tak bisa menyangkal akan mukjizat – karena orang lumpuh yang disembuhkan ada disitu dan semua orang dapat melihat dia.
4.    Takut ajaran Kristen semakin populer – mereka memerintahkan para rasul supaya berhenti berkhotbah.
E.    Para rasul dapat melakukan semua itu oleh karena telah dipenuhi dengan Roh Kudus, tepat seperti yang dikatakan Yesus sebelumnya (Matius 10:16-20).
F.    Petrus menutup khotbahnya dengan kata-kata mutiara ini:
“Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar dihadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar” (Kis. 4:19, 20. NKJV)

 IV.          ANANIAS DAN SAFIRA
A.   Kisah 5:1, 2  Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. 
B.   Orang-orang percaya menjual harta mereka untuk pembiayaan misi. Praktik itu tidak dipaksa dan bukan syarat resmi keanggotaan.
C.   Barnabas secara sukarela menjual tanahnya dan memberikan uangnya kepada para rasul – sebuah contoh yang memberi inspirasi kepada jemaat yang lain. (Kis. 4:36,  37).
D.   Ananias dan Safira berjanji untuk memberikan hasil penjualan tanahnya kepada Petrus, tetapi mereka tidak menepatinya – akibatnya sangat fatal (Kis. 5:1-11)
E.    Dosa Ananias dan Safira:
1.    Menipu – Dosa mereka bukanlah akibat dari tindakan tiba-tiba, tetapi sudah direncanakan dengan hati-hati, suatu upaya sengaja untuk “mencobai Roh Tuhan” (Kis. 5:9).
2.    Kesombongan – mereka telah berjanji, mungkin untuk mendapatkan pengaruh  diantara saudara-saudara dengan apa yang nampaknya suatu tindakan amal yang terpuji.
3.    Meremehkan kesetiaan kepada Allah – mereka percaya bahwa Yesus akan segera datang tetapi mereka tidak setia akan janji yang telah mereka ucapkan.
F.    Apa yang dialami oleh Ananias dan Safira menunjukan bahwa Allah memandang serius akan dosa (Yeh. 18:20; Rm. 6:23)
G.   Tulisan Ellen G. White:
“Umat perlu diberi kesan terhadap kesakralan sumpah dan janji mereka pada pekerjaan Allah. Janji semacam itu pada umumnya tidak dipegang seperti suatu surat utang dari manusia kepada manusia. Tetapi adakah suatu janji menjadi kurang sakral dan kurang mengikat karena dibuat kepada Allah? Karena kurang secara teknis, dan tak dapat dipaksakan oleh hukum, akankah orang Kristen mengabaikan kewajiban yang telah ia janjikan? Tidak ada surat utang legal atau obligasi yang lebih mengikat daripada suatu janji yang dibuat bagi pekerjaan Allah.” Ellen G. White comments, The SDA Bible Commentary, Jld. 6, hlm. 1056.

   V.          PENAHANAN KEDUA
A.   Kisah 5:17-18  “Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati. Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota.”
B.   Pelayanan kesembuhan para rasul yang penuh kuasa (Kis. 5:12-16) adalah bukti nyata bahwa Roh Allah sedang bekerja melalui mereka. Hal itu membangkitkan kecemburuan para pemimpin agama sehingga mereka menahan para rasul untuk kedua kalinya.
C.   Para pemimpin mulai mempertimbangkan kemungkinan ada kuasa adikodrati, ketika:
1.    Para rasul dilepaskan secara mukjizat (Kis. 5:19-24),
2.    Pidato Pertus yang berani, bahwa mereka harus "taat kepada Allah lebih daripada kepada manusia" (Kis. 5:29).
3.    Nasihat Gamaliel – “Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." (Kis. 5:38, 39). 
D.   Siapakah Gamaliel? (Kis. 5:34; 22:3).
1.    Gamaliel adalah Farisi dan seorang doktor hukum
2.    Ia sangat dihormati di kalangan Yahudi sehingga ia dikenal sebagai "Rabban" ("guru kita"), dan bukan hanya sekadar "Rabi" ("guruku").
3.    Paulus adalah salah seorang muridnya.
E.    Nasihat Gamaliel diterima. Para rasul itu dicambuk dan sekali lagi diperintahkan supaya tidak berbicara dalam nama Yesus.

KESIMPULAN
1.      Sebagaimana para rasul dan orang Kristen mula-mula, kita harus setia membawa misi injil walaupun menghadapi banyak tantangan, baik yang datang dari luar ataupun dari dalam.
2.      “Kita adalah para penatalayan, dipercayakan oleh Tuhan kita yang lagi pergi, agar kita menata isi rumah-Nya dan kepentingan-kepentingan-Nya di dunia ini. Ia telah kembali ke surga, meninggalkan pada kita tanggung jawab, dan Ia mengharapkan supaya kita berjaga dan menanti kedatangan-Nya. Hendaklah kita setia pada tugas kita, jangan sampai kedatangan-Nya yang tiba-tiba itu, Ia mendapati kita tertidur.” Ellen G. White, Testimonies for the Church, Jld. 8, hlm. 37.

Jumat, 13 Juli 2018

PENTAKOSTA


PELAJARAN SEKOLAH SABAT
KWARTAL 3 TAHUN 2018
BUKU KISAH PARA RASUL

PELAJARAN 2
PENTAKOSTA


Ayat Hafalan:
“Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.  Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.”
Kisah 2:32, 33

PENDAHULUAN
·        Pentakosta berasal dari kata pentekoste, nama Yunani untuk hari raya tujuh minggu bangsa Yahudi (Kel. 34:22); juga dikenal sebagai hari raya hulu hasil (Bil. 28:26).
·         Pentakosta berarti “kelima puluh” merujuk pada perayaan hari kelima puluh persembahan berkas jelai sesudah Paskah. Itulah hari sukacita dan ucapan syukur, ketika orang Israel membawa di hadapan Tuhan “hulu hasil penuaian gandum” (Kel. 34:22, NIV).
·        Perayaan itu kemudian menjadi simbol yang tepat untuk penuaian rohani pertama gereja Kristen, ketika Roh Kudus dicurahkan lebih berlimpah dari sebelumnya, dan tiga ribu jiwa dibaptiskan dalam satu hari (Kis. 2:41).
·        Mengikuti kenaikan Yesus dan pemuliaan-Nya di surga, pencurahan Roh Kudus ini terjadi secara tiba-tiba, suatu peristiwa adikodrati yang mengubah para rasul itu dari orang Galilea yang sederhana dan tak dikenal, menjadi orang-orang yang penuh keyakinan dan semangat yang akan mengubah dunia.
·         Pentakosta sering disebut sebagai hari lahir gereja, ketika para pengikut Kristus, orang-orang Yahudi dan (kemudian) bukan Yahudi diabsahkan sebagai komunitas baru Allah di atas bumi.

Pelajaran pekan ini menyatakan: 5 KEJADIAN PENTING PADA HARI PENTAKOSTA SEBAGAI TANDA DIMULAINYA MISI KRISTEN

      I.          KEDATANGAN ROH KUDUS
A.   Kisah 2:1-3  “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.”
Konteks ayat:
1.    Murid-murid  menanti janji kedatangan Roh di Yerusalem, dan mereka  menanti ditengah doa yang khusuk, pertobatan yang tulus, dan pujian. Ketika hari itu tiba, mereka “berkumpul disatu tempat” (Kis. 2:1) mungkin di ruangan atas seperti dalam Kisah 1. Namun mereka segera berpindah ke suatu ruangan umum yang lebih terbuka (Kis. 2:6-13).
2.    Dalam Alkitab, angin dan api sering dihubungkan dengan suatu “theophany” atau suatu penampakan Ilahi (sebagai contoh Kel. 3:2, 19:18; Ul. 4:15). Dan lagi, angin dan api dapat juga digunakan melambangkan Roh Allah (Yoh. 3:8; Mat. 3:11). Mengenai Pentakosta, apa pun maknanya yang tepat untuk itu, kejadian tersebut merupakan tanda yang unik dalam sejarah keselamatan, yaitu pencurahan Roh yang dijanjikan.
B.   Roh selalu aktif bekerja. Pengaruhnya atas umat Allah di zaman Perjanjian Lama juga sering dinyatakan dalam cara yang mengesankan, tapi tidak pernah dalam kepenuhannya.
·      “Sepanjang zaman para bapa, pengaruh Roh Kudus telah sering dinyatakan dalam cara yang nyata, tetapi tidak pernah sepenuhnya. Sekarang, dalam penurutan kepada sabda Juruselamat, murid-murid mempersembahkan permohonan mereka untuk pemberian ini, dan di dalam surga Kristus menambahkan pengantaraan-Nya. Ia menuntut pemberian Roh, supaya Ia dapat mencurahkannya ke atas umat-Nya.” – Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 32.
C.   Yohanes Pembaptis telah meramalkan baptisan dengan Roh pada kedatangan Mesias (Luk. 3:16; bandingkan dengan Kis. 11:16), dan Yesus sendiri merujuk pada perkataan itu beberapa kali (Luk. 24:49; Kis. 1:8). Pencurahan ini akan menjadi tindakan pengantaraan-Nya yang pertama di hadapan Allah (Yoh. 14:16, 26; 15:26). Pada hari Pentakosta, janji itu dipenuhi.
D.   Walaupun baptisan dengan Roh pada Pentakosta merupakan persitiwa unik berkaitan dengan kemenangan Yesus di salib dan pemuliaan-Nya di Surga, dipenuhi dengan Roh adalah suatu pengalaman yang berkesinambungan dalam kehidupan para umat percaya (Kis. 4:8, 31; 11:24; 13:9, 52; Ef. 5:18).

    II.          KARUNIA BAHASA-BAHASA
A.   Kisah 2:4  “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”
Konteks ayat:
1.    Berbicara dalam bahasa-bahasa hanyalah satu di antara berbagai manifestasi Roh (Kis. 10:45, 46; 19:6). Yang lainnya termasuk meramalkan hari depan (Kis. 11:28), khayal (Kis. 7:55), pembicaraan yang diilhami (Kis. 2:8, 28:25), penyembuhan (Kis. 3:6, 12; 5:12, 16), dan kecakapan melayani (Kis. 6:3, 5).
2.    Karunia bahasa pada Pentakosta tidak terjadi karena itu merupakan ciri atau bukti yang paling utama dari sumbangan Roh Kudus. Karunia berbahasa itu dinyatakan dengan tujuan dimulainya misi gereja sedunia.
3.    Panggilan misi yang diberikan dalam Kisah 1:8 memerlukan karunia bahasa. Jika para rasul harus melintasi sekat-sekat budaya dan menjangkau sampai ke ujung-ujung bumi dengan Injil, mereka harus bisa berbicara dalam bahasa-bahasa dari orang-orang yang perlu mendengar apa yang harus mereka katakan.
B.   Kisah 2:5-12 menunjukan bukti bahwa pada hari Pentakosta para rasul berbicara dalam bahasa-bahasa asing yang ada pada waktu itu dan bukan bahasa yang tidak dimenegerti:
Kisah 2:5-12: “Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. 7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 8  Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: 9  kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 10  Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 11  baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." 12 Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?"”
Konteks ayat:
1.    Diperkirakan bahwa pada abad pertama terdapat delapan sampai sepuluh juta orang Yahudi di dunia dan 60 persen dari mereka tinggal di luar tanah Yudea. Namun, banyak yang berada di Yerusalem saat itu untuk perayaan, datang dari negeri-negeri asing dan tidak dapat berbicara dalam bahasa Aramik, bahasa orang Yahudi di Yudea pada zaman itu.
2.    Tidak diragukan bahwa kebanyakan yang bertobat pada Pentakosta adalah orang-orang Yahudi dari negeri-negeri yang sekarang dapat mendengar Injil dalam bahasa mereka sendiri. Jadi, para rasul telah berbicara dalam bahasa-bahasa asing yang ada pada waktu itu, dan bukannya dalam bahasa luapan kegembiraan yang tidak dikenal, hal itu dibuktikan dengan kata ‘dialektos’ (Kis. 2:6-8), yang berarti ‘bahasa dari suatu bangsa atau suatu kawasan’ (bandingkan dengan Kisah 21:40; 22:2; 26:14). Mukjizat yang terjadi adalah bahwa orang-orang Galilea ini dapat berbicara sekarang dalam bahasa yang, bahkan beberapa jam lalu, tidak mereka ketahui.
3.    Bagi-bagi orang Yahudi setempat yang menyaksikan peristiwa itu tapi tidak biasa dengan bahasa-bahasa ini, satu-satunya penjelasan adalah bahwa para rasul itu sedang mabuk, mengucapkan bunyi-bunyi aneh yang tidak ada artinya bagi mereka. “tetapi yang lain, mengolok-olek mereka dan berkata ‘Mereka telah berlebihan minum anggur’” (Kis. 2:13, NIV).

  III.          KHOTBAH PETRUS
A.   Kisah 2:15-21  Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan, 16  tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel: 17  Akan terjadi pada hari-hari terakhir--demikianlah firman Allah--bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. 18 Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat. 19 Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. 20  Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu. 21  Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
Konteks Ayat:
1.    Tuduhan mabuk memberi Petrus kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi. Dalam khotbahnya, rasul mengawali dengan menunjuk ke Alkitab (Kis. 2:16-21), mengulas tentang pencurahan Roh sebagai penggenapan nubuatan.
2.    Nubuatan Yoel adalah tentang zaman keselamatan di masa depan (Yl. 2:32), yang akan ditandai dengan beberapa tanda di dunia alami dan suatu pencurahan limpah akan Roh (Yl. 2:28-31). Dengan menafsirkan peristiwa Pentakosta dalam terang nubuatan seperti ini, Petrus bermaksud menekankan relevansi sejarah peristiwa itu. Tapi ada suatu perbedaan penting dalam cara ia mengutip Yoel.
3.    Gantinya pendahuluan Yoel “kemudian dari pada itu” (Yl. 2:28), yang menunjuk secara umum ke masa depan, Petrus mengatakan “pada hari-hari terakhir” (Kis. 2:17), menandakan bahwa tindakan terakhir dalam drama besar keselamatan baru saja dimulai. Ini, tentu, bukanlah suatu ulasan penuh tentang peristiwa-peristiwa akhir zaman tetapi suatu bukti kesadaran urgensi yang tinggi yang menjadi ciri gereja awal. Mereka tidak mengetahui kapan tibanya kesudahan tapi yakin bahwa kesudahan itu tidak lama lagi.
B.   Setelah menyoroti pentingnya nubuatan-nubuatan tentang Pentakosta, Petrus beralih ke peristiwa-peristiwa akhir kehidupan Yesus; kematian dan kebangkitan-Nya:
Kisah 2:22-32 Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. 23  Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. 24 Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. 25 Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. 26  Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, 27  sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. 28 Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. 29 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. 30 Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. 31 Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. 32 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. 
1.    Kebangkitan mendapatkan penekanan lebih utama, karena itu mewakili faktor yang menentukan dalam Kisah Injil. Bagi Petrus, kebangkitan merupakan pembenaran mutlak Yesus (Kis. 2:22, 27), dan ia mengutip Alkitab untuk memastikan maksudnya tentang makna kebangkitan.
2.    Karena Yesus adalah Mesias, Ia tak bisa ditahan oleh maut. Maka bagi Petrus dan bagi semua penulis Perjanjian Baru, kebangkitan Yesus telah menjadi bukti yang kuat bukan hanya tentang Yesus sebagai Mesias tapi juga bagi seluruh pekabaran keselamatan Kristen.

 IV.          PEMULIAAN YESUS
A.   Kisah 2:33 “Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.”
Konteks ayat: Dalam bagian ketiga pidatonya, Petrus kembali ke soal bahasa-bahasa yang telah menarik banyaknya orang sejak awalnya. Gantinya kemabukkan, yang tentunya adalah sesuatu yang tidak biasa terjadi pada pukul sembilan pagi (Kis. 2:15), orang-orang percaya telah berbicara dalam bahasa-bahasa karena Roh Kudus baru saja dicurahkan dari Surga.
B.   Apakah hubungannya antara pemuliaan Yesus pada tangan kanan Allah dan pencurahan Roh?
Kisah 2:33-36  “Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. 34  Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: 35  Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. 36  Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
1.    Tangan kanan Allah adalah suatu kedudukan kewenangan (Mzm. 110:1-3). Argumentasi Petrus, yang didasarkan pada Alkitab, adalah karena Yesus telah diangkat ke kedudukan itu di surga, sehingga ia mencurahkan Roh ke atas pengikut-pengikut-Nya. Pemuliaan tidaklah memberikan Yesus suatu status yang ia tidak miliki sebelumnya (Yoh. 1:1-3; 17:5). Malah, pemuliaan itu menunjukkan pengakuan tertinggi Bapa akan hak istimewa-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat (Kis. 2:36).
2.    Peristiwa ini sesungguhnya membawa kita kepada salah satu dari tema-tema paling penting dalam Alkitab; pertentangan sejagad antara baik dan jahat. Poinnya adalah bahwa Roh Kudus tidak dapat datang sepenuhnya jika Yesus belum dimuliakan (Yoh. 7:39), dan Yesus tidak akan dimuliakan jika Ia belum menang di salib (Yoh. 17:4, 5). Dengan kata lain, pemuliaan Yesus adalah syarat bagi datangnya Roh Kudus karena hal itu menandakan persetujuan Allah akan pencapaian Yesus di salib, termasuk kekalahan dia yang telah merampas kekuasaan atas dunia ini (Yoh. 12:31).
3.    Masuknya dosa kedalam dunia membuat suatu bayangan bagi Allah. Kematian Yesus merupakan suatu kepastian bukan hanya untuk menebus umat manusia tapi juga untuk menunjukkan kebenaran Allah dan membuka kedok Setan sebagai penipu. Dalam pelayanan Yesus, zaman keselamatan sudah berfungsi (Luk. 4:18-21). Ketika Yesus mengusir setan dan mengampuni dosa-dosa, ia sedang membebaskan tawanan-tawanan Setan. Namun, salib itulah yang akan memberikan Dia kewenangan penuh melakukan hal itu. Jadi, ketika penngorbanan diri Kristus telah disahkan di Surga, Setan menerima suatu pukulan yang menentukan, dan Roh Kudus sedang dicurahkan untuk menyiapkan umat bagi kedatangan Kristus. 

   V.          HULU HASIL (BUAH SULUNG)
A.   Kisah 2:37  “Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" 
Konteks ayat: Hati para pendengar Petrus tersayat oleh kata-katanya. Sebagian mereka mungkin dari antara orang-orang yang meminta Yesus disalibkan beberapa pecan sebelumnya (Luk. 23:13-25). Tapi sekarang, terbujuk bahwa Yesus orang Nazaret adalah sesungguhnya Mesias yang ditunjuk Allah, mereka berteriak dalam dukacita: “Apakah yang harus kami perbuat?” (Kis. 2:37).
B.   Apakah dua persyaratan utama bagi pengampunan?
Kisah 2:38  Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus
1.    Bertobat - Pertobatan artinya suatu perubahan radikal arah hidup, berpaling dari dosa (Kis. 3:19; 26:20), bukannya sekedar suatu perasaan dukacita atau penyesalan. Bersama iman, pertobatan yang sejati adalah suatu pemberian Allah, tapi seperti semua pemberian, dapat ditolak (Kis. 5:31-33; 26:19-21; Rm. 2:4).
2.    Baptis - Sejak zaman Yohanes Pembaptis, pertobatan dikaitkan dengan baptisan (Mrk. 1:4). Yaitu baptisan menjadi suatu ungkapan pertobatan, suatu upacara yang melambangkan pembersihan dari dosa-dosa dan suatu regenerasi moral diberikan oleh Roh Kudus (Kis. 2:38, 22:16; bandingkan dengan Titus 3:5-7).
C.   Janji khusus apakah yang diberikan kepada mereka yang bertobat dan dibaptis?
Kisah 2:39  Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." 
1.    Orang-orang pada hari Pentakosta ditawarkan bukan hanya keampunan dari dosa tapi juga kepenuhan Roh untuk pertumbuhan pribadi, untuk pelayanan dalam gereja dan khususnya untuk misi. Mungkin inilah yang terbesar dari semua berkat, karena alasan utama eksisnya gereja adalah untuk berbagi kabar baik Injil (1 Ptr. 2:9). Maka, sejak pada titik ini ke depan, mereka akan dapatkan jaminan keselamatan dan Kuasa Roh Kudus, yang akan menyanggupkan mereka bagi misi untuk mana gereja telah dipanggil.

KESIMPULAN
1.   Pentakosta menunjukan kepada kita betapa sangat pentingnya peran Roh Kudus dalam membawa misi Kristen.
2.    Pencurahan Roh Kudus pada hari pentakosta menunjukkan, bahwa pekerjaan Kristus di surga adalah demi kita, didasarkan pada pengorbanan-Nya di Bumi, sekarang ditahbiskan: “Kenaikan Kristus ke surga adalah tanda bahwa pengikut-Nya harus menerima berkat yang dijanjikan… bila Kristus melewati gerbang-gerbang surge, Ia dimahkotai di tengah pemujaan malaikat-malaikat. Segera sesudah upacara ini selesai, Roh Kudus turun ke atas murid-murid-Nya dalam kelimpahan dan Kristus sesungguhnya sudah dimuliakan, bahkan dengan kemuliaan yang dipunyai-Nya dengan Bapa-Nya dari segenap kekekalan. Kecurahan di waktu Pentakosta adalah komunikasi surga sehingga pengurapan Juruselamat telah dilaksanakan. Sesuai dengan janji-Nya Ia telah mengutus Roh Kudus-Nya dari Surga kepada para pengikut-Nya sebagai tanda bahwa Ia, sebagai imam dan raja, menerima segala kekuasaan di surga dan di atas bumi ini dan [Yang diurapi atas] umat-Nya.” Ellen G. White, Alfa dan Omega, Jld. 7, hlm. 33