Kamis, 01 Maret 2018

PERSEMBAHAN SYUKUR


PELAJARAN SEKOLAH SABAT
KWARTAL 1 TAHUN 2018
PENATALAYANAN MOTIVASI HATI

PELAJARAN 9
PERSEMBAHAN SYUKUR


Ayat Hafalan:
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal” Yohanes 3:16.

PENDAHULUAN
·      Allah kita adalah Allah pemberi; (terlihat jelas pada pengorbanan Yesus)
o   Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal.”
o   Lukas 11:13 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Suci kepada mereka yang meminta kepada-Nya”
·      Karakter Allah adalah suka memberi dan kita sebagai umat-Nya harus memiliki karakter suka memberi itu… Jangan menjadi  “seorang Kristen yang mementingkan diri.”
·      Satu cara untuk mengembangkan karakter memberi adalah dengan memberikan kembali apa yang telah diberikan kepada kita melalui persembahan.
·      Persembahan kita memberikan kesempatan untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan cinta… Memberi dengan murah hati, baik dari harta, waktu, atau talenta, adalah sarana yang kuat dalam menghidupkan iman kita dan menyatakan karakter dari Allah yang kita layani
·      Pelajaran pekan ini memberikan kita aspek-aspek penting memberikan persembahan syukur.

ASPEK-ASPEK PENTING MEMBERIKAN PERSEMBAHAN SYUKUR KEPADA ALLAH (5 ASPEK):

I.      MEMBERIKAN PERSEMBAHAN SYUKUR KEPADA ALLAH ADALAH TANDA BAHWA SURGA TELAH MENJADI TUJUAN HIDUP KITA (MAT. 16:19-21)
A.   Mat 6:19-21  "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. 
B.   Penatalayan yang bijaksana harus peduli dengan menempatkan harta di surga untuk pengamanan. Di sana, tidak seperti di sini, kita tidak perlu khawatir tentang kerusakan, pencuri, atau bahkan perampok.
C.   Konsep paling penting tentang penatalayanan. Hartamu menarik, menyeret, memaksa, mengambil, mendesak, memikat, dan ingin mengendalikan hatimu.
D.   Dalam dunia materi hatimu mengikuti hartamu, sehingga di mana hartamu berada sangatlah penting. Semakin kita fokus pada kebutuhan duniawi dan keuntungannya, semakin sulit untuk berpikir tentang hal-hal surgawi.
E.    Mengaku percaya kepada Allah tetapi menyimpan harta kita di bumi adalah munafik. Tindakan kita harus sesuai dengan perkataan kita.
F.    Kita melihat harta kita di bumi oleh penglihatan, tetapi kita harus melihat persembahan kita sebagai harta di surga oleh iman (2 Kor. 5:7).
G.   Kutipan:
“Di bumi semuanya tidak stabil, tidak pasti dan tidak aman; itu mengalami kerusakan, kehancuran, pencurian dan kehilangan. Surga adalah sebaliknya: Segala sesuatu adalah kekal, tahan lama, aman dan tidak binasa. Di surga tidak ada kerugian.”—C. Adelina Alexe, “Where Your Heart Belongs,” dalam Beyond Blessings, diedit oleh Nikolaus Satelmajer (Nampa, Idaho: Pacific Press Publishing Association, 2013), hlm. 22.

II.    MEMBERIKAN PERSEMBAHAN SYUKUR KEPADA ALLAH ADALAH TANDA SAMBUTAN KITA AKAN KASIH KARUNIA ALLAH (1 PET. 4:10)
A.   1 Pet. 4:10 Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. 
B.   Kita yang telah menerima pemberian kasih karunia Allah, kita telah menjadi “penatalayan yang baik dari kasih karunia Allah.” Artinya, Allah telah memberikan kepada kita kasih karunia; oleh karena itu, kita harus memberikan kembali dari apa yang telah diberikan kepada kita. Apa yang sudah kita terima, melalui kasih karunia, bukan sekadar untuk menyenangkan dan menguntungkan diri kita sendiri, tetapi untuk kemajuan Injil. Dengan cuma-cuma kita telah diberi (yang adalah apa kasih karunia itu sesungguhnya); maka, dengan cuma-cuma kita perlu memberikan segala hal yang kita bisa.
C.   Kasih karunia adalah “kebaikan yang tidak semestinya diberikan.” Allah memberikan semua kekayaan dan kuasa surga sebagai wujud  kasih karunia-Nya (2 Kor. 8:9). Bahkan para malaikat kagum pada hadiah utama itu (1 Ptr. 1:12).
D.   Dari semua yang Allah berikan kepada kita, kasih karunia yang diberikan kepada kita dalam Yesus Kristus adalah pemberian yang paling berharga dari semua.
E.    Tanpa kasih karunia, kita akan tanpa pengharapan karena kita diselamatkan oleh Kasih karunia Allah, dan bukan oleh perbuatan kita (penurutan hukum).
F.    Efesus 2:8,9  Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 

III.  MEMBERIKAN PERSEMBAHAN SYUKUR KEPADA ALLAH ADALAH TANDA UCAPAN  SYUKUR KITA KEPADA ALLAH (LUK. 7:37-47).
A.   Lukas 7:37-47 – Teladan Maria membasuh kaki Yesus dengan minyak yang mahal sebagai tanda ucapan syukur karena telah dibebaskan dari kuasa setan.
B.   Kemurahan hati Allah mendorong kita untuk memberi, dan ketika digabungkan dengan rasa syukur kita, keduanya melengkapi unsur-unsur dari persembahan yang bermakna, termasuk waktu, talenta, harta, dan tubuh kita.
C.   Prinsip dalam memberikan persembahan:
1.    Keluaran 34:26 – Berikan yang terbaik
2.    Imamat 22:19-24 – Tidak bercacat, tidak bercela.
3.    Bilangan 18:29 – Hukuman: dilenyapkan!
D.   Persembahan terbaik kita mungkin tidak cukup di mata kita, tetapi persembahan itu berarti di mata Allah. Memberikan yang terbaik kepada Allah menunjukkan bahwa kita mengutamakan Dia dalam hidup kita. Kita tidak memberi persembahan untuk menerima berkat; sebaliknya, kita memberi apa yang kita miliki dari rasa syukur atas apa yang telah diberikan kepada kita dalam Kristus Yesus.
E.     Kutipan Roh Nubuat:
“Seluruh pengabdian dan kebajikan, didorong oleh cinta yang bersyukur, akan berdampak kepada persembahan terkecil, korban sukarela, aroma Ilahi, membuat pemberian itu tak ternilai harganya. Tetapi, setelah rela menyerah kepada Penebus kita, semua yang kita bisa berikan, itu menjadi sangat berharga bagi kita, jika kita melihat utang rasa syukur kita kepada Allah sebagaimana adanya, semua yang mungkin kita telah persembahkan akan tampak kepada kita sangat tidak mencukupi dan sedikit. Tetapi malaikat-malaikat mengambil persembahan ini, yang bagi kita tampak buruk, dan mempersembahkannya sebagai persembahan yang harum di hadapan takhta, dan mereka diterima.”—Ellen G. White, Testimonies for the Church, jld. 3, hlm. 397.

IV. MEMBERIKAN PERSEMBAHAN SYUKUR KEPADA ALLAH ADALAH TANDA KESUNGGUH-SUNGGUHAN MOTIF HATI KITA UNTUK MENGASIHI ALLAH (LUK. 21:3).
A.   Luk 21:3  Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. 
B.   Yesus memuji pemberian dari Janda itu karena Dia mengetahui motif hati dari janda tua itu. --- Allah mengetahui motif hati kita yang sebenarnya (Yak. 4:12; Ams. 16:2; 1 Kor. 4:5).
C.   Memberi dalam berkelimpahan tidak memerlukan banyak iman, tetapi memberi dengan pengorbanan demi kebaikan orang lain sesungguhnya dapat mengatakan sesuatu yang kuat tentang hati kita.
D.   Motif memberi bisa karena ego atau karena peduli pada orang lain – ini adalah pertarungan rohani yang sering terjadi.
E.    Mementingkan diri sendiri akan mendinginkan hati yang pernah berkobar untuk Allah. Masalah muncul ketika kita membiarkan mementingkan diri sendiri ke dalam pengalaman Kekristenan kita. Artinya, kita menemukan cara untuk membenarkan keegoisan kita dan melakukannya dalam nama Kristus.
F.    Hal penting dalam memberi adalah Kasih -- kasih tidak dapat diwujudkan tanpa penyangkalan diri, kesediaan untuk memberikan diri sendiri, serta berkorban untuk kebaikan orang lain… Kecuali kasih Allah dipantulkan dalam hidup kita, pemberian kita tidak akan memantulkan kasih Allah.
G.   Hati yang egois cenderung hanya mencintai dirinya sendiri. Kita harus meminta Tuhan untuk “menyunat hati kita” (Ul. 10:16) sehingga kita bisa belajar untuk mengasihi sebagaimana kita telah dikasihi.
H.   Motif memberi yang tertinggi: KASIH ALLAH YANG DIARAHKAN KEPADA KITA MENGILHAMI KITA UNTUK MEMBALAS KASIH.
I.      2 Kor. 8:12  Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.

V.   MEMBERIKAN PERSEMBAHAN SYUKUR KEPADA ALLAH ADALAH TANDA IMAN KITA KEPADA ALLAH
A.   2 Kor. 9:6, 7  Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
B.   Persembahan sukarela dan murah hati yang kita berikan adalah memberikan keuntungan untuk diri kita sendiri, sang pemberi, sebagaimana hal-hal tersebut bisa terjadi kepada mereka yang menerimanya. Hanya mereka yang memberi dengan cara ini dapat mengetahui untuk diri mereka sendiri betapa lebih menyenangkan untuk memberi daripada menerima.
C.   Memberi persembahan yang murah hati dapat dan seharusnya sangat pribadi, tindakan rohani. Itu adalah pekerjaan iman, sebuah ungkapan rasa syukur atas apa yang telah diberikan kepada kita di dalam Kristus. Dan, seperti tindakan iman lainnya, memberi hanya meningkatkan iman karena “iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong” (Yak. 2:20).
D.   Sementara kita memberi, dengan sukarela dan murah hati, kita dengan cara kita sendiri mencerminkan karakter Kristus. Kita belajar lebih banyak tentang seperti apa Allah itu dengan merasakan-Nya di dalam tindakantindakan kita. Maka, memberi seperti ini hanya membangun kepercayaan pada Allah dan kesempatan untuk “kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya” (Mzm. 34:9).
E.     Kutipan Roh Nubuat:
“Akan tampaklah kelak bahwa kemuliaan yang bersinar pada wajah Yesus itu ialah kemuliaan kasih yang lahir dari pengorbanan diri. Dalam terang yang dari Golgota akan tampak kelak, bahwa hukum kasih yang lahir dari penyangkalan diri ialah hukum hidup untuk bumi dan surga; bahwa kasih yang ‘tidak mencari keuntungan’ bersumber dalam hati Allah; dan bahwa dalam diri Pribadi yang lemah lembut dan rendah hati itu ternyata tabiat Dia yang bersemayam dalam terang, yang tidak dapat dihampiri oleh seorang pun juga.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 14.

KESIMPULAN:
·         Memberikan persembahan syukur kepada Allah sangat penting:
1.      Itu adalah tanda bahwa surga telah menjadi tujuan hidup kita
2.      Itu adalah tanda sambutan kita akan kasih karunia Allah
3.      Itu adalah tanda ucapan sukur kita kepada Allah
4.      Itu adalah tanda kesungguh-sungguhan motif hati kita mengasihi Allah
5.      Itu adalah tanda iman kita kepada Allah.
·         Kutipan Roh Nubuat:
“Roh kemurahan hati adalah roh Surga. Roh mementingkan diri adalah roh Setan. Kasih pengorbanan diri Kristus diperlihatkan di kayu salib. Dia memberikan segala yang Dia miliki, dan kemudian memberikan Dirinya sendiri, agar manusia boleh diselamatkan. Salib Kristus mendorong kemurahan hati dari setiap pengikut Juruselamat yang berbahagia itu. Prinsip yang dijelaskan di sana adalah memberi, memberi. Ini dilakukan dalam perbuatan baik yang nyata dan perbuatan-perbuatan baik adalah buah kehidupan Kristen yang benar. Prinsip dari duniawi adalah mengambil, mengambil, dan dengan demikian mereka berharap mendapatkan kebahagiaan; tetapi melakukan dalam semua yang terkait dengannya, buahnya adalah penderitaan dan kematian.”—Ellen G. White, Advent Review and Sabbath Herald, 17 Oktober 1882.


PELAYANAN PDT. BRUSSI SORITON


Tidak ada komentar:

Posting Komentar